Menjadi Manusia Indonesia Berkualitas Lewat Kesederhanaan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Kesejahteraan tak hanya dinilai dari kuantitas materi saja, melainkan kualitas manusianya

Part 1: Ciri Manusia yang dapat mewujudkan Ekonomi Pancasila

Mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur merupakan cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Inilah esensi dari kemerdekaan yang dicita-citakan oleh para pendahulu kita. Mengutip pernyataan Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Gedung Djuanda, Kementrian Keuangan-Jakarta Pusat (10 Januari 2017, detik.com) tentang cita-cita masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dapat dicapai melalui investasi Sumber Daya Manusia. "Kalau kita lihat dari sisi apa yang kemudian 3 isu menjadi masyarakat adil dan makmur, maka ini artinya kita harus mampu investasi di sumber daya manusia. Manusia adalah the most important asset," tutur Sri Mulyani. Selanjutnya "Negara-negara yang memiliki kemakmuran biasanya bercirikan pada manusia-manusianya yang berkualitas," lanjutnya. Saya sangat mengapresiasi pernyataan Ibu Sri Mulyani tentang pentingnya kualitas manusia sebagai cerminan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Karena arti kesejahteraan tidak hanya dinilai dari kuantitas materi saja, namun sudah memasukkan unsur kualitas manusia itu sendiri. Artinya besar kecil perekonomian suatu Negara telah mampu disikapi secara arif dan bijak, yakni dengan cara menilai kualitas yang dimiliki manusia dalam hal mengelola dan memaknai kebutuhan ekonomi negaranya. Namun timbul pertanyaan apakah arti manusia Indonesia yang berkualitas itu? Bagaimana menjadi manusia yang berkualitas?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hakiki Manusia

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, marilah kita uraikan terlebih dahulu arti manusia yang sesungguhnya. Seperti kita ketahui bahwa manusia terlahir dalam satu wujud yang memiliki dua unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni unsur jasmani dan rohani. Jasmani memiliki kebutuhan yang sifatnya material dan dapat dikalkulasi, sedangkan rohani memiliki kebutuhan immaterial. Merujuk pada unsur jasmani, kesejahteraan dapat didefinisikan telah tercukupinya minimal kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan dan papan). Akan tetapi, terdapat satu hal yang harus menjadi pertimbangan pula, bahwa kesejahteraan seharusnya juga menimbulkan ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Semua itu hanya dapat dirasakan manusia melalui unsur rohani. Karena unsur ini bersifat intangible (tidak berwujud), namun dapat dirasakan oleh setiap manusia. Dalam hal ini, unsur rohani menentukan dan mendominasi cara manusia dalam memaknai kesejahteraannya. Berdasarkan analisa dari dua unsur di dalam diri manusia tersebut, maka dapat diartikan manusia sesungguhnya adalah manusia yang menyadari keberadaannya (jasmani) diatur dan ditentukan arah tujuan hidupnya oleh unsur rohani. Sehingga, kita tidak bisa mengkotak-kotakan arti kesejahteraan hanya dalam konteks jasmani. Kesejahteraan yang hakiki adalah mampu memberikan kebutuhan baik secara jasmani maupun rohani. Atau dalam bahasa umum kesejahteraan mampu memenuhi kebutuhan manusia sekaligus mampu memberikan kehidupan yang lebih baik. Dalam arti menumbuhkan kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian.

Kita dapat belajar dari sejarah kemerdekaan Indonesia yang membuktikan dominasi unsur rohani dalam menentukan arah kehidupan bangsa. Saat itu, kondisi ekonomi Indonesia berada pada level rendah. Mayoritas rakyat berada pada garis kemiskinan, hal ini terlihat dari sulitnya memenuhi kebutuhan ekonomi khususnya kebutuhan dasar. Hanya segelintir orang saja yang berada pada tingkat ekonomi menengah hingga atas. Namun dengan segala keterbatasan ekonomi yang dimiliki, kita dapat meraih kemerdekaan melalui peran rakyat yang kekurangan tadi. Mereka bersama-sama bersatu untuk tujuan yang sama yakni kemerdekaan Indonesia. Mereka rela mengorbankan diri untuk melawan penjajah walaupun dengan senjata bambu runcing. Dengan semangat kebersamaan, bersatu tanpa memandang perbedaan Agama dan suku apapun, mereka dapat memenangkan dan merebut kemerdekaan. Sejarah ini mengajarkan kepada kita bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rakyat memiliki kekayaan harta yang melimpah , yakni: keberanian, patriotisme, pantang menyerah, dan utamanya keyakinan yang tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kekuatan-kekuatan itulah yang mampu memimpin lahiriah manusia untuk melawan penjajah. Sehingga keterbatasan fisik bukan merupakan hambatan untuk meraih kemerdekaan, dan kekuatan rohani yang besarlah yang mampu mengantarkan rakyat Indonesia meraih kemerdekaan.

Hal utama yang menjadi pembelajaran dari sejarah tersebut adalah kekuatan rohani merupakan tonggak utama dalam menetapkan arah kehidupan kita. Pilihan sejahtera atau miskin tergantung pada cara pandang kita dalam menyikapi keadaan, terbukti bahwa unsur rohani lebih mendominasi dalam penentuan hidup seseorang. Kemudian timbul pertanyaan “Apakah kebutuhan immaterial dari unsur rohani itu?” Sifatnya yang immaterial mendorong kita untuk berpikir hal apa yang mampu memenuhi kebutuhan cara pandang kita. Artinya yang mampu membentuk, menambah dan merubah cara pandang manusia dalam berpikir, sehingga dapat menuntun perilaku ke arah yang baik. Hal ini dapat djawab oleh ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan manusia lebih memiliki keluasan dalam cara berpikir, sehingga akan mampu menghadapi segala persoalan hidup dengan lebih baik dan bijak. Karena ilmu pengetahuan membantu manusia dalam merumuskan, menggali, memilih dan mencari solusi dari setiap persoalan yang ada. Banyak orang pandai di dunia ini, namun sedikit orang dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya mampu memiliki karakter rendah hati dan tidak sombong. Inilah salah satu ciri manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, sesuai pepatah mengatakan “Diam itu Emas” artinya semakin berilmu, maka akan semakin tersembunyi, merendah namun memancarkan kilauan kebaikan (emas) di sekitarnya. Sebaliknya makin banyak bicara sedikit bertindak menunjukkan tingkat ilmu pengetahuan yang rendah, pepatah mengatakan “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Pepatah tersebut mengajarkan pada kita bagaimana menilai manusia yang berilmu pengetahuan tinggi.

Manusia Indonesia yang berkualitas dengan kesederhanaan

Setelah memiliki ilmu pengetahuan apakah manusia dapat dikatakan berkualitas? Hal ini tidaklah cukup, karena manusia hidup secara bersama-sama membentuk suatu peradaban yang dinaungi oleh nilai-nilai social budaya setempat. Artinya kualitas manusia juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang dianut di daerah atau Negara setempat. Dalam arti manusia berkualitas tidak hanya dicirikan oleh tingginya ilmu pengetahuan yang dimiiki, namun juga memiliki karakter yang unggul, beradab dan berbudaya. Sebagai manusia Indonesia, kita tidak bisa lepas dari nilai-nilai Pancasila yang telah ditanamkan oleh pendiri Negara ini sebagai landasan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila. Nilai-nilai inilah secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia. Artinya ilmu pengetahuan tidak dapat berdiri sendiri dalam mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas, dibutuhkan unsur nilai-nilai budaya yang kita anut sebagai Bangsa Indonesia. Perilaku yang mencerminkan kehidupan masyarakat Indonesia yang berkualitas adalah Manusia yang Sederhana. Pertanyaan selanjutnya apakah dengan hidup sederhana kita termasuk orang yang berkualitas?.

Menanggapi pertanyaan di atas, menuntun kita untuk berpikir mendalam arti sederhana yang dimaksud. Apakah hidup sederhana berarti hidup melarat dan serba kekurangan?. Paradigma hidup sederhana ditengah-tengah masyarakat identic dengan stigma tersebut. Padahal hidup sederhana telah lama diajarkan oleh berbagai ajaran agama dan diwujudkan oleh tingkah laku para tokoh-tokoh penyebar agama tersebut. Dan memiliki nilai filosofis yang mendalam bagi kita yang mau mempelajari dan mempraktekkan. Dalam hal ini saya mencoba memaknai arti sederhana yang dimaksud adalah penerapan pola hidup sederhana, mulai dari cara berpikir hingga bertindak. Pola hidup sederhana dalam cara berpikir sederhana merujuk pada unsur rohaniah yang ada didalam diri manusia. Demikian juga pola hidup sederhana dalam cara bertindak cerminan dari unsur jasmani manusia. Sederhana dalam cara berpikir adalah cara berpikir menggunakan nalar atau akal, sehingga akan berorientasi pada kebenaran. Cirinya adalah berpikir secara simple, tidak mempersulit, membuat menjadi mudah, tidak ruwet , mencerahkan atau berorientasi pada memberikan solusi dan selalu mengacu pada fakta atau realita yang ada. Sederhana dalam bertindak artinya mampu menyikapi segala kebutuhan hidup secara arif dan bijak. Disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing individu pada suatu kondisi tertentu. Mampu mendahulukan kebutuhan yang seharusnya didahulukan dan mana yang tidak sesuai kemampuan. Dengan demikian, banyak manfaat yang didapatkan dari pola hidup sederhana, khususnya dalam menumbuhkan sifat-sifat dan karakter positif dalam diri seseorang, yang merupakan cerminan kualitas manusia.

Terdapat nilai-nilai filosofis dari cara hidup sederhana yang menggambarkan kualitas manusia Indonesia, salah satunya adalah selalu menempatkan diri sesuai keadaan, kondisi dan lingkungan yang dihadapi. Jika berada pada lingkungan social masyarakat lemah, perilakunya akan mengikuti dan menghargai pola hidup masyarakat setempat. Penuh dengan rasa empati, toleransi dan menghargai orang lain. Prinsip ini sesuai dengan nilai-nilai “Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung”, artinya dimana kita berada (hidup dan menetap) haruslah mengikuti segala aturan, nilai-nilai dan budaya yang ada didaerah tersebut. Begitupun juga sebagai warga Indonesia, nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa juga semestinyalah menjadi pedoman dalam berkehidupan.

Sederhana juga menunjukkan intelektual manusia yang tinggi, dimana orang sederhana akan berpikir secara rasional dan mudah. Berorientasi kepada solusi yang mempertimbangkan kepentingan bersama di atas segalanya. Mengapa demikian? Karena orang dengan pola hidup sederhana memiliki ciri segala kebutuhan hidupnya sesuai dengan kapasitas dirinya atau “Cukup, Tidak kurang dan Tidak Berlebih”, hal inilah yang membuat hanya manusia yang memiliki pola hidup sederhana yang mampu memahami kebutuhan orang lain, dan mampu memberi kelebihannya kepada yang membutuhkan. Karena orang sederhana dapat menjaga keseimbangan dan stabilitas didalam dirinya, yakni “ Tidak Pernah Besar Pasak daripada Tiang”. Artinya dapat mengelola ekonomi secara tepat dan sesuai peruntukannya dengan prinsip menghindari hutang yang tidak mampu dibayar.

Secara rohani sederhana membentuk kepribadian lebih berkualitas, yakni mampu mengendalikan hawa nafsu, berpikir jernih dan tidak emosional, serta menumbuhkan sifat sabar dan iklas. Selain itu, satu sifat utama yang didapat dari pola hidup sederhana adalah sifat selalu bersyukur atas pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Sifat bersyukur artinya menghargai pemberian Tuhan YME dengan memanfaatkan serta mengelolanya dengan bijak. Hal inilah yang membimbing kita menjadi lebih hemat, pengeluaran sesuai dengan peruntukannya dan tidak menyia-nyiakan pendapatan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat (tidak boros). Sifat dan karakter inilah yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin mementingkan kepentingan bangsa (rakyat) diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Artinya orang-orang dengan pola hidup sederhanalah yang mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan di masyarakat.

Terdapat manfaat yang mendalam dari hidup sederhana terhadap kondisi fisik atau jasmani kita. Selain bermanfaat secara ekonomi, juga memiliki manfaat bagi kesehatan manusia. Orang dengan pola hidup sederhana akan terlihat lebih stabil kondisi kesehatannya, karena akan memiliki pola makan yang teratur, cukup dan sehat. Mendahulukan kebutuhan gizi dalam setiap pengambilan keputusan konsumsi, karena mampu mengendalikan hawa nafsu yang berlebihan. Sehingga secara fisik tampilan manusia yang hidup sederhana juga akan terlihat langsing atau proporsional. Kondisi tersebut otomatis akan terlihat, karena segala keputusan konsumsi yang diambil akan berorientasi pada “cukup” tidak berlebih ataupun kekurangan.

Belajar dari Tokoh Nasional yang Hidup Sederhana

Perekonomian yang sehat dan kuat dengan pola hidup sederhana harus mampu diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat miskin maupun yang kaya sekalipun. Sebenarnya pola hidup sederhana ini telah diterapkan oleh tokoh nasional kita pada masa kemerdekaan. Contoh-contoh perilaku tokoh nasional yang mencerminkan pola hidup sederhana, diantaranya : M. Natsir, Syaffruddin Prawiranegara, Moh. Hatta, Agus Salim dan Jenderal Hoegeng. Kelima tokoh tersebut memberikan keteladanan bagi kita atas keputusannya memilih hidup sederhana. Mereka memiliki kesadaran dan bisa menempatkan diri melihat kondisi ekonomi Negara saat itu yang serba kekurangan. Hal tersebut diwujudkan dengan hidup penuh kesederhanaan, berorientasi pada bekerja dan mengabdi kepada kepentingan Negara dan tidak menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi maupun keluarga. Pandangan “Apa yang bisa diberikan pada Negara, bukan apa yang didapat dari Negara” menjadi jawaban dibalik perilaku hidup sederhana para Tokoh Nasional tersebut. Kelimanya merupakan tokoh yang jenius, berbakat, dan memiliki keahlian dibidangnya masing-masing (politisi, polisi, pejabat pemerintahan), namun dengan kemampuan yang mereka miliki tidak membuat mereka menjadi jumawa atau sombong. Dengan kesederhanaan yang mereka miliki membuat kualitas diri mereka makin terlihat, yakni memiliki jati diri yang kuat, jujur dan berintegritas. Inilah perilaku utama yang dapat dijadikan ciri manusia ekonomi Indonesia yang selalu mengedepankan nilai-nilai Pancasila dalam hidupnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Indonesia yang berkualitas adalah manusia yang menerapkan kesederhanaan didalam hidupnya.

Pencanangan Hidup Sederhana

Melihat fenomena maraknya permasalahan social di masyarakat saat ini, ditambah tingkat korupsi yang masih tinggi dan hampir merata disemua lini, sudah seharusnya disikapi dengan tegas dan dicarikan solusi yang paling tepat. Karena tingkat kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan social masih menjadi permasalahan yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini. Penguasaan elite seperti dikatakan oleh ibu Sri Mulyani menjadi permasalahan maraknya korupsi dan menciptakan karakter berlebih-lebihan atau korup. Kenyataan ini disinyalir terjadi sebagai dampak dari pola hidup yang konsumtif, mengikuti gaya hidup luar negeri dengan mengesampingkan nilai-nilai hidup bangsa sendiri. Sehingga dengan cara berpikir tersebut, menumbuhkan sifat individualis, mementingkan diri sendiri serta berpandangan bahwa materi merupakan ukuran utama kesejahteraan manusia. Pola hidup masyarakat Indonesia saat ini yang menginginkan kekayaan secara instan juga menunjukkan perilaku hidup yang materialistis. Terbukti dari maraknya investasi bodong dan bersifat illegal di Indonesia. Mereka (Oknum pemilik investasi bodong) menangkap pola hidup masyarakat yang hedonis sebagai sebuah peluang usaha yang menguntungkan. Dengan menjanjikan keuntungan berlipat ganda kepada para nasabah telah berhasil mempengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat menjadi tidak rasional. Dengan kata lain mendorong masyarakat untuk mengedepankan nafsu dalam pengambilan keputusan. Akibatnya kerugian yang didapat, karena uang yang diinvestasikan tidak kunjung bisa dikembalikan oleh perusahaan investasi alias kena tipu. Perilaku inilah yang dapat mempersulit terwujudnya kesejahteraan merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk kita merubah paradigm atau cara pandang akan kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Saya sangat sependapat dengan perlunya dilakukan reformasi mental seperti yang dicanangkan oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo. Hal ini dapat dimulai dengan cara mencanangkan hidup sederhana sebagai cerminan manusia Indonesia yang berkualitas dan modern. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas tentang perubahan paradigm, dimana perilaku korupsi, menghambur-hamburkan, dan tidak mementingkan kepentingan rakyat merupakan ciri manusia tidak berkualitas dan kuno. Pencanangan ini penting, agar terjadi perubahan paradigm didalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga pada akhirnya diharapkan akan mampu mengikis tindakan korup dan penguasaan ekonomi oleh segelintir orang saja. Hal ini dapat dimulai dengan revolusi mental dari tingkat eksekutif dan legislative. Kedua lembaga ini merupakan cerminan baik buruknya pengelolaan Negara, dan sebagai contoh perilaku hidup bagi rakyat Indonesia.

Akhir kata dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan dapat terwujud dari manusia Indonesia yang berkualitas, yakni manusia yang kehidupannya menerapkan kesederhanaan, baik pola hidup maupun cara berpikir. Manusia dengan kesederhanaan inilah sebagai wujud cerminan manusia yang berintelektual tinggi dengan karakter yang kuat dan teguh menjalankan nilai-nilai Pancasila didalam kehidupannya.

 

Oleh: Dr. Palupi Lindiasari S, SPi, MM

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI

Bagikan Artikel Ini
img-content
upie palupi

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler